Tiga Jam Dihantam Badai, Bertarung Nyawa Saat Rujuk Pasien ; Suka Duka Perawat Kepulauan
PPNISULUT.ORG - Menjadi seorang perawat adalah
panggilan jiwa, meskipun terkadang nyawa menjadi taruhannya. Begitulah yang
dialami oleh pemilik nama asli Ronal Chalsen Hamel, lahir dari pasangan suami
istri Richard Hamel dan Henitje Tonengan 30 tahun lalu itu, menekuni Pendidikan
hingga jenjang S1 Keperawatan Ners, meskipun sejak kecil Onal sapaan akrabnya
bercita-cita menjadi seorang Engineer.
Tugas yang mulia sebagai seorang
perawat mendorong lulusan AKPER Pemda Kabupaten Sangihe tersebut untuk terus
belajar mengasah keterampilan menjadi lebih baik. Baginya merawat pasien adalah
Ibadah walaupun diperhadapkan dengan tantangan, medan yang berat, bahkan alam
yang tidak bersahabat, termasuk cuaca ekstrem.
Proses Rujuk Pasien (Transportasi laut) |
Dikisahkannya sekitar 10 tahun
yang lalu, saat itu perawat Ronald bekerja di salah satu Puskesmas Pembantu
tepatnya di kampung Para Kecamatan Tatoareng, Kabupaten Kepulauan Sangihe, desa
dengan alam yang indah di kelilingi lautan. Saat semua orang memilih tinggal
diam di rumah karena angin badai, gelombang yang tinggi dan hujan lebat yang
mengguyur daerah pantai, seorang Ibu yang sudah cukup bulan untuk bersalin
memohon pertolongan perawat. Saat itu yang bertugas di Puskesmas Pembantu
(Pustu) hanya satu orang perawat, setelah dilakukan pemeriksaan dengan alat
seadanya di dapatkan hasil kehamilan dengan penyulit karena plasenta menutupi
jalan lahir. Keadaan mendesak pasien harus dirujuk ke Fasilitas Kesehatan yang
lebih memadai, baik dari segi alat dan tenaga kesehatan.
Ditemani oleh dua orang keluarga,
perawat dengan motto “lebih baik salah daripada tidak melakukan apa-apa”
mengambil langkah cepat, segera memutuskan untuk membawa pasien dengan
menggunakan perahu tempel, tidak peduli laut masih bergemuruh. Pasien,
keluarga, dan perawat berangkat menuju Rumah Sakit di Ibukota Kabupaten, jarak
tempuh dengan perahu adalah kira-kira 3 jam. Angin bertiup begitu kencang,
ombak dan gelombang laut yang tinggi tidak menyusutkan keinginan untuk bertolak
menyelamatkan nyawa demi raga yang lain, meskipun laut tampak gelap karena
sudah malam, jam menunjukan pukul 18.00, mereka tetap berangkat dari Pelabuhan
Para menuju Tahuna.
Dituturkannya, sejak meinggalkan
Pelabuhan, air sudah mulai masuk ke perahu. Beberapa orang yang ikut termasuk
suami pasien membantu mengeluarkan air dengan gayung. Perawat Onal terus
memantau keadaan umum pasien termasuk tekanan darah dan nadi. Tak lupa ia terus
memanjatkan doa dan pasrah kepada Tuhan.
Di tengah perjalanan, hal yang
ditakutkan pun terjadi, ibu merasakan ingin melahirkan. Terombang - ambing
ditengah lautan yang ganas dengan diperhadapkan dengan tuntutan untuk menolong
ibu melahirkan dengan penyulit, sungguh merupakan sebuah tantangan, ditambah lagi
dengan fasilitas penunjang yang sangat terbatas. Nyawa jadi taruhan.
Akhirnya pertarungan dengan cuaca
ekstrim berlalu, samar - samar dari kejauhan terlihat pantai dan Pelabuhan yang
dituju, setelah melewati badai, pukul 21.00 sampailah di tempat tujuan. Pasien
dan seisi perahu tiba dengan selamat, perjuangan yang terus menjadi cerita bagi
perawat masa kini. Saat ditanya tentang harapan kedepan untuk perawat yang
bekerja di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar), dia berharap adanya
kepastian hukum bagi perawat dalam situasi darurat. Legal Aspek Profesi harus
menjadi jaminan sebagaimana diatur dalam UndangUndang Negara kita, bahwa Negara
ini adalah Negara hukum, tidak terkecuali urusan pelayanan asuhan keperawatan
sebagai bagian integral dari Pelayanan Kesehatan harus memiliki pijakan hukum
sebagai dasar kebijakan.
“Jadi kepastian hukum dalam
melakukan tindakan keperawatan, selain itu penghargaan Negara dalam hal gaji
dan tunjangan daerah terpencil kiranya diperhatikan pemerintah”
Pungkasnya.
Ketika disinggung tanggapannya
terkait Program Pemerintah Nusantara Sehat, perawat yang pernah menjadi Kepala
Puskesmas ini mengatakan program tersebut sangat membantu oleh karena dalam
situasi krisis Tenaga Kesehatan, program ini dapat mengisi kekosongan formasi sehingga
sumber daya dapat dipenuhi sementara.
“Semoga program ini terus ditingkatkan kedepannya untuk meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat di daerah kepulauan” unjarnya menutup pembicaraan. (Sabtu, 03 September 2022).
Written By : Verra Karrame
Published By : LIT-FOKOM DPW PPNISULUT
Post a Comment